Petani di Sumut bantah food estate gagal, ingin program dilanjutkan

Jakarta – Para petani di kawasan lumbung pangan (food estate) hortikultura di Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara, membantah sorotan mengenai program pemerintah tersebut telah gagal.

“Siapa yang bilang gagal? Tanyalah langsung ke kami kalau mau tahu yang sebenar-benarnya. Saya sendiri pelaku sejarah food estate sejak persiapan dibuka sampai sekarang. Saya merasakan sendiri manfaat program Pak Jokowi ini,” ungkap Ketua Kelompok Ria Kerja Desa Ria Ria Amintas Lumban Gaol dalam keterangan resmi Kementerian Pertanian di Jakarta, Selasa.

Menurutnya, sejak lahan tidur di daerahnya dibuka oleh Kementerian Pertanian hingga akhir 2020 lalu, banyak perubahan yang dirasakan masyarakat setempat, diantaranya, para petani mempunyai lahan budi daya yang bisa ditanam bawang dan kentang dan infrastruktur seperti jalan dan pengairan juga diperbaiki.

“Sarana lain diberikan pemerintah secara cuma-cuma. Hasil produksinya pun makin ke sini juga makin bagus, asalkan petani ulet dan rajin mengolah lahan,” ujarnya.

Terkait sorotan terhadap Kementan, ia justru berterima kasih kepada Kementan yang telah membantu penuh para petani sejak awal sampai panen musim pertama.

“Pendampingan mereka kami rasakan sangat intensif dari awal program sampai 2021 lalu. Saya sendiri saksinya,” tegasnya.

Hal senada diungkapkan Haposan Siregar, tokoh adat sekaligus petani setempat mengaku heran dengan opini yang menyebut kegagalan program food estate di daerahnya.

Haposan pun membantah program lumbung pangan di daerahnya tersebut gagal karena ia sangat memahami bahwa program Presiden Jokowi tersebut bertujuan baik untuk para petani. Ia juga menegaskan bahwa para petani ingin program food estate dilanjutkan.

“Coba tengok lah sendiri ke lahanku. Apanya yang gagal? Sejak awal tanam sampai sekarang, ada lah hasilnya. Bawang putih pun bagus disini,” tuturnya.

Secara terpisah, Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Prihasto Setyanto menyebut program food estate di Kabupaten Humbahas dimulai dengan merintis pembukaan lahan yang benar-benar baru di area hamparan seluas 215 hektare dan hasil produksinya cukup baik untuk ukuran perdana.

Seiring proses perbaikan sifat fisik kimia tanah, pemantapan prasarana irigasi dan jalan serta pendampingan ke petani, berbuah pada produktivitas yang menunjukkan tren perbaikan.

Tercatat pada musim tanam pertama yang dipanen di awal 2021, produktivitas bawang merah rata-rata 5,7 ton/ha, bawang putih 2,7 ton/ha, dan kentang industri 10,2 ton/ha.

Pada musim tanam berikutnya terdapat peningkatan hasil panen di lahan-lahan yang digarap petani baik secara mandiri maupun yang bermitra dengan offtaker.

“Sebagai contoh untuk kentang kemitraan dengan PT Indofood bisa menghasilkan lebih dari 20 ton/ha, bawang putih kemitraan dengan PT Parna Raya ada yang mencapai 6,5 ton/ha dan bawang merah petani mandiri ada yang sudah mencapai 7,5 ton/ha,” terang Prihasto. (Ant)